Cegah Stunting Bersama Dokter Keluarga
Stunting merupakan permasalahan kita bersama. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah Provinsi Kepulauan Riau melalui Dinas Kesehatan dalam menurunkan prevalensi stunting secara komprehensif dan terintegrasi. Melihat kondisi geografis provinsi kepulauan Riau sebagai daerah kepulauan dengan keterbatasan akses termasuk terbatasnya akses masyarakat dalam mendapatkan layanan kesehatan maka perlu adanya inovasi yang efektif dan efisien untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat termasuk permasalahan gizi di masyarakat.
Bagi masyarakat, beban biaya yang dirasakan tidak hanya untuk biaya berobat namun juga beban biaya transportasi yang jumlahnya justru lebih besar. Sementara itu, pola penyelenggaraan pelayanan di Puskesmas dapat dikatakan masih lebih berorientasi pada pelayanan dalam gedung saja. Artinya, Puskesmas dan tenaga kesehatan lebih bersifat “pasif” dengan menunggu masyarakat berkunjung ke puskesmas. Menyikapi kondisi ini maka pemerintah provinsi Kepulauan Riau melalui Dinas Kesehatan menggagas sebuah inovasi untuk memutus rantai agar masyarakat dapat mengakses pelayanan kesehatan dengan lebih mudah yaitu program Dokter Keluarga.

Perbedaan kultur budaya, jarak dan waktu tak menghambat pengabdian dokter keluarga dalam memberikan pelayanan kesehatan di desa – desa terpencil di wilayah Provinsi Kepulauan Riau. Masyarakat yg semula susah mendapatkan akses pelayanan kesehatan, kini sangat terbantu dengan adanya home visit yg dilakukan oleh dokter keluarga.
Kejadian merebaknya kasus stunting yang terjadi di Kepulauan Riau dapat disikapi dengan cukup baik dengan pendekatan komprehensif melalui program inovasi yang kemudian terus diselenggarakan berintegrasi dengan program-program lainnya memudahkan provinsi Kepulauan Riau mendapatkan hasil yang optimal termasuk dalam hal menurunkan prevalensi Stunting.
Dokter keluarga berkewajiban melakukan kunjungan rumah dengan menggunakan format pendataan yang mengacu pada indikator perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Hasil pendataan tersebut dilaporkan ke Puskesmas sebagai dasar penyusunan program kegiatan kerja Puskesmas. Dengan penempatan dokter keluarga di desa penanganan kesehatan pada masyarakat termasuk masalah gizi (stunting) dapat lebih cepat ditangani.
Dengan demikian biaya pengobatan dapat di efisiensi, begitu juga dalam penanganan pengobatan pasien tidak hanya berorientasi pada diagnosis atau keluhan pasien namun juga memperhatikan kondisi lingkungan fisik dan sosial yang ada dimasyarakat. Jika saat ini pemerintah Pusat melalui Kementerian Kesehatan menyelenggarakan program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga, Provinsi Kepulauan Riau sudah melaksanakan program tersebut sejak tahun 2011.
Program dokter keluarga memberikan pelayanan secara profesional dengan orientasi pada keluarga sebagai komunitas. Pelayanan kesehatan diberikan secara komprehensif meliputi : promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative.Program dokter keluarga sampai saat ini masih berlanjut meskipun telah nomenklaturnya berubah menjadi dokter PTT (tahun 2016) dan kemudian pada tahun 2017 hingga saat ini dikenal sebagai dokter Non PNS.
Intervensi penanganan stunting dilakukan berkesinambungan melalui pendekatan life cycle (siklus hidup) dengan menitikberatkan pada kelompok-kelompok berisiko disetiap tahapan usia mulai dengan sebelum kehamilan sampai dengan usia reproduktif.
Agar berkelanjutan, upaya dilakukan secara holistic meliputi suplementasi gizi makro dan mikro (pemberian tablet tambah darah, vitamin A, Taburia), IMD, pemberian ASI ekslusif dan MP-ASI, fortifikasi, kampanye gizi seimbang, pelaksanaan kelas ibu hamil, pemberian obat cacing, penanganan kekurangan gizi dan JKN. Upaya ini menjadi lebih mudah implementasinya dikarenakan program dokter telah menjalankan tupoksinya melalui kegiatan-kegiatan kunjungan rumah (home visit) ke masyarakat di wilayah kerjanya masing-masing.